top of page

PR I - Data Pemeriksaan kesehatan oleh Swamedika Nusantara pada acara Safari Desa ke-9 di desa Curug


Gambar 1. Spanduk Safari Desa 9.

Untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar, pelayanan publik seperti transportasi dan pelayanan kesehatan bukanlah hal yang sulit untuk dicapai. Namun lain halnya untuk masyarakat yang tinggal di desa-desa yang terpencil, salah satunya adalah desa Curug. Lokasi desa curug adalah di kecamatan Cibaliung, kabupaten Pandeglang, provinsi Banten. Transportasi untuk menuju ke desa ini dapat berupa mobil, motor, atau perahu. Motor dan mobil cukup sulit untuk melintas jalan menuju desa ini apabila keadaan cuaca sedang turun hujan ataupun setelah hujan karena medan tempuh yang berlumpur dan tidak rata. Kendaraan yang melintasi jalur tersebut harus ekstra hati-hati agar tidak terjebak dan terjadi hal yang tidak diinginkan. Semua relawan dari Kita Indonesia dan Swamedika Nusantara menggunakan perahu untuk mencapai lokasi tersebut.

Akses pelayanan kesehatan yang tersedia memerlukan perjalanan yang tidak sebentar dan mudah. Berdasarkan hal tersebut, komunitas Kita Indonesia pada acara Safari Desa ke-9 mengadakan acara pengecekan kesehatan gratis dengan mengundang Swamedika Nusantara sebagai tim kesehatan yang dipercaya dapat membantu menyukseskan acara tersebut. Tim kesehatan terdiri dari 3 orang anggota Swamedika Nusantara aktif (batch 3) yaitu Tantri Novianti, David Christianto Y., dan Hasby Mahmassani J., 1 orang anggota Swamedika Nusantara non-aktif (batch 2) yang sekaligus merangkap di komunitas Kita Indonesia Yaitu Fivi Aprilia Cahyani, dan 1 orang perwakilan dari Volunteer Doctor yaitu Nurul Asih Ramadhani.

Acara pemeriksaan kesehatan ini berlangsung pada tanggal 2 desember 2017, berlokasi di masjid di desa setempat mulai dari pukul 07:30 hingga pukul 11:00 siang. Pemeriksaan yang dilakukan berupa cek berat badan dan tinggi badan (indeks masa tubuh), tekanan darah, dan pemeriksaan darah berupa gula darah dan juga asam urat. Data pemeriksaan yang dikumpulkan oleh relawan di olah oleh Rizki Hazazi Ali di dep. Research and Development Swamedika Nusantara.

Dari kurang lebih 60 peserta yang mengikuti cek kesehatan gratis, sejumlah 50 orangnya berjenis kelamin perempuan. Mayoritas peserta memiliki pekerjaan sebagai petani (39 orang), dan sisanya terbagi sebagai pegawai swasta (2 orang), Ibu Rumah Tangga (IRT) (7 orang), dan lain-lain (12 orang).

Berdasarkan pemeriksaan atropometri untuk menentukan indeks masa tubuh (IMT), 41 orang memiliki nilai IMT yang normal, 7 orang dinyatakan kurus, 6 orang dinyatakan berat badan lebih, dan 6 orang dinyatakan obesitas.

Pemeriksaan gula darah menunjukan mayoritas peserta cek kesehatan memiliki nilai gula darah yang normal (34 orang), gula darah tinggi (2 orang), gula darah rendah (2 orang), dan tidak memiliki data (22 orang). Pemeriksaan asam urat menunjukan mayoritas peserta memiliki nilai asam urat yang normal (52 orang), nilai yang tinggi (5 orang), dan tidak memiliki data (3 orang). Beberapa peserta tidak memiliki data yang disebabkan keterbatasan bahan (test strip) untuk memeriksa darah peserta.

Pemeriksaan Tekanan darah menunjukan mayoritas peserta dalam tekanan darah normal (25 orang), hipertensi diastolic terisolasi (isolated diastolic hypertension) (24 orang), dan hipertensi sejumlah 11 orang.

Gambar 2. Infografis data pemeriksaan kesehatan

Selain membuka cek kesehatan gratis, tim Swamedika Nusantara bersama Kita Indonesia juga melakukan home visit ke salah satu rumah di desa ini. Pada kesempatan itu kami melakukan pemeriksaan pada seorang bapak yang ternyata didiagnosa Tuberkulosis (TBC) sejak lebih dari 1 tahun yang lalu. Tahun sebelumnya, pasien pernah menjalani program DOTS untuk penanganan penyakitnya dan seharusnya berlangsung selama 6 bulan tetapi tidak tuntas karena berhenti pada bulan ke-3 saat pasien merasa kesehatannya sudah membaik. Setelah itu keluarga mengatakan bahwa pasien mengalami keluhan yang sama pada beberapa bulan setelah berhenti berobat. Pasien kemudian kembali ke fasilitas kesehatan tetapi hanya berobat selama 1 bulan dan pasien kembali putus obat. Keluarga mengatakan ± 3 minggu sebelum kami datang ke Desa Cicurug ini, pasien kembali merasakan keluhan batuk-batuk, berkeringat di malam hari, dan sangat kesulitan untuk bernapas. Keluarga merawat pasien dengan penuh perhatian tetapi kurang memerhatikan proteksi diri. Keluarga ingin sekali membawa pasien kembali berobat tetapi kendalanya adalah kondisi pasien yang terlalu lemah dan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang cukup jauh serta medan yang cukup berat untuk ditempuh. Keterbatasan tersebut hendaknya menjadi salah satu gambaran tentang kondisi kesehatan di belahan Indonesia yang lain. Rekan-rekan, bukankah lokasi-lokasi seperti itu di Indonesia layak mendapatkan perhatian?

TBC merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui droplet atau butiran-butiran kecil dari air liur yang dikeluarkan ke udara saat pasien batuk dan terhirup oleh orang sehat yang tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC merupakan 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian di dunia. Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat ke-2 penderita TBC terbanyak di dunia serta termasuk dalam 6 besar negara dengan kasus baru TBC terbanyak.

Mengutip dari situs CNN Indonesia (8 Mei 2017), Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek mengatakan bahwa kondisi tersebut perlu mendapat perhatian serius dari seluruh pihak terkait untuk segera mengatasinya, bukan hanya pada pasien yang masuk rumah sakit, tetapi juga harus dilakukan intervensi sampai ke keluarganya. Kunjungan rumah merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan serta melibatkan keluarga dan masyarakat dalam penangan dan pencegahan penularan TBC. Menteri Kesehatan Nila juga menambahkan bahwa perlu dilakukan pemetaan masalah di masing-masing daerah untuk memastikat penyakit apa yang kini berkembang di daerah. (Baca artikel selengkapnya di: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170507203339-255-212964/menkes-indonesia-negara-kedua-terbanyak-penderita-tbc.

Menjadi tetap sehat ialah hak dan kewajiban setiap manusia. Menjaga diri agar tidak terkena penyakit atau mengupayakan kesembuhan ketika sudah sakit juga merupakan hak dan kewajiban tiap individu. Melalui fenomena ini kita belajar bahwa kita, Indonesia, sangat perlu melakukan kolaborasi mulai dari tenaga kesehatan, klien dan keluarga, masyarakat, relawan, akademisi, peneliti, dan berbagai sektor lainnya untuk mencapai derajat kesehatan Indonesia yang baik dan merata. Kami berharap integrasi tersebut dapat terus terjalin dan ditingkatkan. Kami juga berharap, semoga pasien-pasien seperti Bapak S di Desa Cicurug bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang semestinya dan selalu patuh menjalani program pengobatan yang telah dicanangkan oleh pemerintah demi kesejahteraan warganya.

Ayo kita capai kesehatan bersama-sama, karena kita Indonesia!

Salam #Sehatdengansedekah, Swamedika Nusantara.

Penulis : David Christianto Y., S.Farm.

Tantri Novianti, S.Kep., Ners

Pengolah Data : Dep. Research and Development

Recent Posts  
bottom of page